Rabu, 29 Juni 2011

"Pemaksaan" Berkedok Agama

Kalo nggak salah, kemaren MUI bilang, mau ngeluarin fatwa haram buat orang kaya atau orang mampu yang pake bensin Premium. Tapi menurut saya, kayaknya ada yang janggal di keputusan ini:


  • Pertama, dalam syariat Islam, sejak kapan bahan bakar/minyak diharamkan? Ya kecuali kalo cara dapetinnya nggak baik, kayak mompa dari mobil lain atau apalah.

  • Kedua, kenapa ada pengkhususan? Cuma orang kaya yang nggak boleh.

Pasti pemerintah ada dibalik ini. Pembatasan penggunaan Premium cuma buat golongan yang kurang mampu, emang udah jadi kebijakan pemerintah sejak lama kan? Tapi kok ada MUI? Kalo emang pemerintah yang minta, selain yang janggal diatas, masih ada kekurangan lagi. Kalo emang jadi fatwa, yang patuh cuma umat Islam aja. Yang non-muslim kan enggak nurutin MUI. Berarti yang non-muslim masih bebas pake Premium.

Lagian menurut saya, beberapa fatwa MUI ada yang aneh. Satu contoh, fatwa haram rokok.

Fatwa haram rokok-nya MUI itu, rokok haram buat anak-anak, remaja, ibu-ibu hamil, di tempat umum, dan buat pengurus MUI sendiri, kalo nggak salah.

Kita tau, rokok itu emang bahaya. Bisa merusak paru-paru, otak, dan organ-organ lainnya. Kita tau, yang mau sehat nggak cuma anak kecil. Orang dewasa, orang tua juga mau. Kita tau, siapapun punya paru-paru. Anak kecil, orang dewasa, punya paru-paru. Tapi kok yang dilarang anak kecil aja? Orang dewasa kalo ngerokok ya bisa mati juga. Apa berarti MUI kurang tegas?

Kayak hukum minum minuman keras juga, kan haramnya nggak buat anak kecil aja. Siapapun haram minum itu, kecuali dalam beberapa keadaan.

Buat pemerintah juga, nyari kebijakan yang lebih baik lah. Lebih tegas juga. Ya mungkin meniadakan subsidi BBM, kan uang subsidi yang triliunan itu bisa dipake buat kesehatan gratis, dan orang-orang pun bisa lebih hemat bahan bakar. Kalo udah pada hemat bahan bakar, udara juga lebih bersih.

Atau kalo mau tetep ada subsidi, pengawasan langsung di SPBUnya. Petugas-petugas ditempatin di SPBU. Ngawasin pembeli. Yang tergolong orang kaya/mampu, nggak boleh beli Premium.

Ya cukup sekian lah pendapat saya. Maaf kalo ternyata postingan ini provokatif. Tapi kan ada UU tentang kebebebasan menyampaikan pendapat di UUD... *heheheh*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar