Senin, 26 September 2011

Re-consider Deh

Di Twitter saya pernah bilang, saya nggak suka orang yang overprotektif. Di belakangnya ada hashtag #kode. Oke, tweet itu saya tujukan buat orang-orang yang nge-protect account-nya.

Iya. Jujur aja, saya nggak suka sama account yang di-protect. Makanya, kalo ada temen atau siapapun yang nge-follow saya dan kebetulan account-nya di-protect, nggak saya follow back (kecuali dalam beberapa kondisi).

Account Twitter di-protect, buat apa sih?

Oke, kita liat dulu kelebihan account yang di-protect. Satu, keamanan lebih terkendali. Dua, kita bisa milih siapa yang bisa ngeliat tweet kita. Udah, itu aja.

Sekarang, kekurangannya. Tweet yang di-protect itu nggak bisa di-retweet. Kalo bisa pun itu dalam bentuk RT.

Tweet yang di-protect itu nggak akan muncul di hasil search, kecuali yang nge-search itu follower-nya yang dalam keadaan login.

Account yang di-protect percuma ikut ngeramein topik yang lagi hangat (semisal hashtag #sawityowit atau trending topic). Di hasil search aja nggak muncul kan? Jadi cuma sedikit orang yang bisa baca tweet itu, yaitu para follower-nya.

Mentionan dari account yang di-protect nggak bakal kebaca orang yang di-mention meskipun account-nya sama-sama di-protect, kecuali orang itu nge-follow dia. Jadi kalo minta follow back dengan cara mention langsung, percuma aja. Jangan ngarep juga mentionannya dibales artis. Mentionannya nggak bakal kebaca.

Di beberapa client, kayak Snaptu, account yang di-protect itu halaman profil nggak bisa diliat.

Rata-rata, account yang di-protect itu jumlah follower-nya sedikit.

Mungkin segitu aja yang bisa ditulis disini. Masih banyak lagi sebetulnya, yang nggak enaknya kalo nge-protect account Twitter.

Lagian, Twitter itu bukan isi dompet. Jangan terlalu ditutupin. Buat apa twitteran kalo seluruh dunia nggak bisa baca ide-ide dan gagasan cemerlang dari kita?

Jadi sekarang re-consider deh. Mending buka itu protection, dan biarkan seluruh dunia tau ide-ide cemerlang kita.

Sabtu, 24 September 2011

SEA Games, Apa Kabar?

Kata orang Twitter, polusi paling nggak bagus di pagi hari itu datangnya bukan dari kendaraan bermotor, tapi dari koran dan TV. Malah ada yang bilang, kalo mau optimis dengan Indonesia, jangan baca koran dan nonton TV. Di media massa keseringan yang diangkat itu berita buruknya, katanya ratingnya tinggi. Jadi, Indonesia di Twitter sama Indonesia di TV bener-bener beda. Yang di TV banyak racunnya.

Tapi mereka berhasil ngeracunin saya. Racunnya nggak nanggung!

Waktu itu saya lagi nonton TV, sebuah acara talkshow. Ngebahas SEA Games yang terancam amburadul. Terancam ditunda. Wah, denger penjelasannya bener-bener bikin nyesek. Apalagi setelah denger berita-berita setelahnya.

Waktu itu katanya, kekurangan dana. Ah, ini pasti kerjaan koruptor. Orang itu, yang udah ngambil dana pembangunan venue SEA Games, terus kabur keliling dunia *tau sendiri lah siapa*.

Beberapa hari yang lalu, ada lagi berita katanya fasilitas tambahan banyak yang belom dipasangin samasekali. Ada lagi, katanya tribun stadion tenisnya *kalo nggak salah* rusak. Padahal acaranya mulai juga belom kan?

Maaf, saya nggak bermaksud nyebarin pesimisme.

Tapi pemerintah serius nggak sih ngurusin SEA Games? Inget woy, kurang dari 2 bulan lagi! Kebayang nggak jadinya, kalo SEA Games sampe ditunda? Malu.

Jelas lah, malu. Seluruh rakyat Indonesia malu kalo sampe acara sebesar itu ditunda.

Digangguin koruptor? Ah, mereka emang nggak tau malu. Nggak pernah mau ngerti perasaan bangsa ini.

Ya okelah, pemerintah. Lanjutin pekerjaan kalian. Jangan sampe malu-maluin bangsa ini. Satu pesan buat para koruptor dan kolega-koleganya yang udah ngeganggu pekerjaan ini: enyahlah kalian!

Kamis, 22 September 2011

Cara Menghilangkan Tulisan ClockLink pada Gadget Jam ClockLink

Buat para blogger, ClockLink mungkin udah populer. ClockLink ini menyediakan gadget-gadget jam buat blog kita, gratis. Yang belom tau atau mau masang jam dari ClockLink, ini websitenya: http://www.clocklink.com.

Tapi sayangnya, jam dari ClockLink ada iklannya. Iklan ClockLink. Kalo kita arahin kursor ke atas jam itu, iklannya muncul. Coba aja arahin kursor ke jam dibawah ini.


Mungkin ada yang pernah kepikir, gimana caranya ngilangin iklan itu, ya kan? Kayak yang ada di sidebar blog ini. Coba arahin kursor ke jam itu. Iklannya nggak muncul. Mau tau caranya?

Disini akan dibahas caranya. Sebetulnya ini nggak bener-bener ngilangin, cuma biar iklan itu nggak muncul ketika kursor diarahin ke jam itu. Konsepnya kayak nutupin/ngehalangin layar touch screen pake kaca. Kalo nggak ditutup kaca, setiap sentuhan akan berpengaruh ke layar itu. Tapi kalo ditutup kaca, nggak ada pengaruh apa-apa kan? Disini, layar sentuh itu adalah jamnya dan kaca penghalang itu adalah elemen <div>.

Kalo udah punya gadget jamnya, langkah pertama masuk ke pengaturan HTML gadget jamnya. Kalo di Blogger bahasa Indonesia, ada di Rancangan > Elemen Laman. Disitu, klik edit di gadget jamnya. Copy kode di bawah ini dan paste di bawah kode HTML jamnya.

<div style="position:absolute; top:0px; left:0px; z-index:1; width:240px; height:80px;"></div>


Angka yang warna merah itu harus disesuaikan dengan kode jamnya. Liat contoh di bawah ini:
<script src="http://www.clocklink.com/embed.js"></script><script type="text/javascript" language="JavaScript">obj=new Object;obj.clockfile="5005-green.swf";obj.TimeZone="Indonesia_Jakarta";obj.width=240;obj.height=80;obj.wmode="transparent";showClock(obj);</script>

<div style="position:absolute; top:0px; left:0px; z-index:1; width:240px; height:80px;"></div>

Penjelasan:
Jadi, width gadget jamnya harus sama dengan width penghalangnya. height-nya juga. Nggak harus sih, cuma sebaiknya sama. Paling enggak jangan lebih kecil.

z-index-nya juga, harus lebih besar dari 0. Soalnya z-index ini nentuin urutan tumpukan elemen, dan secara default kalo nggak diatur, z-index sebuah elemen itu nilainya 0. Makin besar nilai z-index, tumpukannya makin di atas. Karena di contoh itu z-index jamnya nggak diatur, jadi nilai z-index penghalangnya cukup 1.

Kalo ternyata posisi penghalangnya nggak pas sama jamnya, top sama left-nya bisa diatur. Kalo posisinya mau ditambah ke bawah, nilai top-nya ditambah. Kalo ditambah ke kanan, nilai left-nya yang ditambah.

Oke, cukup sekian bahasannya. Semoga bermanfaat buat para blogger atau siapapun lah pokoknya. Sekian, wassalam.

Senin, 19 September 2011

Malah Dibikin Serem...

Mati. Kematian pasti datang. Bukan pasti, tapi niscaya. Kematian akan datang kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Tapi tidak ada yang tahu dimana dan kapan kematian itu akan menghampirinya. Semuanya sudah menjadi rahasia Allah.

Kata ustad-ustad, kematian bukan hal yang harus ditakutkan. Kita nggak usah takut mati. Soalnya kematian itu pasti akan datang. Ah tapi dalam hal ini, ustad, penyanyi, sama sutradara sering nggak sejalan deh.

Coba aja kita denger lagu-lagu nasyid tentang kematian. Saya lupa judul-judulnya, jadi nggak bisa (dan memang sebaiknya nggak) saya sebutin satu-satu. Kebanyakan (atau malah semuanya) liriknya pasti tentang derita dan siksa di alam baka buat orang-orang berdosa. Film-film juga, kebanyakan kalo ada orang sekarat keliatannya menderita banget. Jadi, kematian itu seakan-akan dibikin jadi sesuatu yang serem.

Saya setuju sama om Deddy Mizwar (kalo nggak salah) tentang film-film yaa yang begitulah, yang dulu sering tayang di salahsatu saluran TV. Jujur aja, saya jadi takut setelah nonton film yang sejenis itu. Film-film sejenis itu malah menciptakan citra, seakan Islam itu serem. (Hampir) semua episodenya nyeritain tentang siksa buat orang berdosa.

Orang yang beriman dikemanain?

Saya yakin, niat mereka baik. Mau ngingetin kita semua, buat jangan terlena dengan dunia. Nikmat dunia boleh kok diraih. Tapi jangan kelewatan. Masih ada kehidupan berikutnya. Kira-kira itu inti pesannya. Tapi kalo begini caranya, kita kayak diancam. Cuma dikasih ancaman, nggak ada pemotivasi.

Di al-Quran aja, kalo saya perhatiin, lebih banyak ayat yang cerita tentang kenikmatan di surga daripada ayat yang nyeritain tentang neraka. Lebih banyak pemotivasi ketimbang ancaman. Jadi orang berbuat baik itu karena mau, bukan takut.

Jadi intinya, kita juga mestinya inget dan siap buat menghadapi kematian. Kita nggak perlu takut, pasti saat itu akan datang. Tapi gimana mau nggak takut kalo yang ngingetin cuma tentang deritanya aja? Ngingetinnya yang bener dong, jangan malah dibikin serem...

Sabtu, 17 September 2011

"...A-Y-S-F! Yeay!..."

Wah! Sepekan yang waktu itu bener-bener sepekan yang menyenangkan! Jadi gini. Dari tanggal 20-26 Agustus kemaren itu, 22 orang siswa dari Indonesia ikut sebuah acara sejenis science camp. Nama acaranya 4th AYSF (APEC Youth Science Festival) yang diadain NSTDA (National Science and Technology Development Agency, semacem LIPI-nya Thailand). Alhamdulillah, saya termasuk di antara 22 orang itu. :D

Pesertanya banyak, dari berbagai negara APEC (+ Macau). Ada dari Brunei, Malaysia, Vietnam, Hongkong, Cina, Australia, Amerika, dan banyak lagi. Paling banyak itu peserta dari Thailand, hampir setengahnya dari seluruh peserta.

Tempat kegiatannya di Thailand Science Park, komplek riset dan pusatnya NSTDA. Lebih tepatnya di Sirindhorn Science Home, salahsatu gedung riset di TSP. Tapi beberapa kegiatan diadain di luar TSP.